Pada mulanya daerah Gayo dan Alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari Kabupaten Aceh Tengah. Oleh karena itu terbentuklah Kabupaten Aceh Tenggara (UU No. 4/1974). Namun karena daerah Gayo mengalami kesulitan, mereka pun membentuk kabupaten tersendiri yang dinamakan Kabupaten Gayo Lues (UU No. 4/2002). Pusat pemerintahan dari kabupaten ini dikendalikan dari Desa Cinta Maju sedangkan pusat perekonomian tetap di ibukota Blangkejeren.[4] Adapun pejabat Bupati ditetapkan Ir. Muhammad Ali Kasim, M.M.
Geografi
Gayo Lues memiliki luas wilayah 5.719 km2 dan terletak pada koordinat 3°40'46,13" - 4°16'50,45" LU 96°43'15,65" - 97°55'24,29" BT.
Batas Wilayah
Kabupaten ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:[4]
Utara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Timur
Selatan Kabupaten Aceh Tenggara
Barat Kabupaten Aceh Barat Daya
Timur Kabupaten Aceh Tamiang dan Sumatera Utara
Sejarah
Asal Usul Penamaan Gayo Lues
Gayo berasal dari bahasa aceh kuno yang di adopsi dari bahasa sansekerta yang arti nya Gunung dan Lues berarti Luas dalam bahasa setempat. Maka dapat di simpulkan Gayo Lues berarti gunung luas atau pegunungan yang luas yang terletak di gugusan bukit barisan.
Pemerintahan
Daftar Bupati
No | Bupati | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Ket. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Wakil Bupati | |||||||
Ir. H. Muhammad Alikasim MM (Penjabat) |
|||||||
dr. H. Aspino Abusamah M.Kes (Penjabat) |
|||||||
H. Ibnu Hasyim S.Sos, MM |
(2007–09) | ||||||
Drs. Cipta Hunai M.Si (Penjabat) |
|||||||
H. Ibnu Hasyim S.Sos, MM |
SE, M.AP | ||||||
H. Muhammad Amru MSP |
S.Pd |
Kabupaten Gayo Lues mencakup 57 persen dari wilayah lama Aceh Tenggara, dan dibagi menjadi 11 (sebelas) kecamatan dengan perincian sebagai berikut:
Blang Kejeren
Kuta Panjang
Pining
Rikit Gaib
Terangon
Putri Betung
Blang Pegayon
Debun Gelang
Blang Jerango
Tripe Jaya
Pantan Cuaca
Suku
penduduk kabupaten Gayo Lues berasal dari berbagai etnik dan suku. suku Gayo, Aceh, Melayu, Tionghoa, Alas, Minang, Batak Toba, Mandailing, Karo, Sunda, Singkil, Pakpak, Devayan dan Jawa dll.
Potensi Daerah
Kabupaten yang berpenduduk multi etnis ini sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan. Potensi pertanian menjadi prioritas utama pengembangan.
Pertanian
Beberapa komoditas potensial yang dimiliki kabupaten ini adalah:
Cabe merah besar di kecamatan Blang Pegayon dan Puteri Betung
Serai Wangi, yang dikembangkan di sela-sela pepohonan pinus di hampir seluruh wilayah Gayo Lues
Nilam, yang banyak ditanam di daerah Terangun
Tembakau Virginia di Kecamatan Pantan Cuaca
Kakao di kecamatan Puteri Betung
Kopi Gayo di Kecamatan Pantan Cuaca
Durian di Kecamatan Pining
jagung di kecamatan blang kejeren
Pariwisata
Pintu utama pendakian Gunung Leuser di Kedah, Penosan, Kecamatan Blang Jerango
Pemandian air panas di Kecamatan Puteri Betung
Air terjun Akang Siwah di Kecamatan Blang Pegayon
Wisata Ekosistem Leuser di Kecamatan Puteri Betung
genting di kecamatan pining
air terjun rerebe di kecamatan terangon
Kampung Inggris di Agusen
Seni Budaya
Tari Saman
Tari Bines
Didong
Pertambangan
Timah di Kecamatan Pining
Emas di Kecamatan Putri Betung dan Kecamatan Pantan Cuaca
Tambang pasir keramik di Kecamatan Rikit Gaib
Transportasi
Rencana pembangunan Jalur Ladia Galaska (Samudera Indonesia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka) yang menghubungkan Samudera Indonesia dengan Selat Malaka sangat diharapkan dapat memperbaiki tingkat perekonomian masyarakat Gayo Lues. Saat ini, lalu lintas dari Blangkejeren, pusat pemerintahan kabupaten, ke Banda Aceh harus melalui Medan, Sumatera Utara. Meskipun demikian, rencana ini banyak ditentang oleh kalangan pelestari lingkungan hidup karena memotong zona utama taman nasional.
Gayo Lues kemudian dikenal dengan nama Negeri Seribu Bukit. Nama ini dipopulerkan oleh Mohsa El Ramadan, wartawan senior, Pemimpin Redaksi Koran Rajapost Banda Aceh, dan editor buku Memadamkan Bara di atas Ladia Galaska. Buku yang ditulis oleh Muhammad Alikasim Kemaladerna ini adalah sebuah solusi penyelesaian konflik pembangunan jalan Ladia Galaska antara pemerintah dan pemerhati lingkungan di Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar