Kota Banda Aceh

JIKA TERDAPAT KESALAHAN/KEKELIRUAN DALAM ARTIKEL INI
DAPAT MENGHUBUNGI KAMI DENGAN CARA MENINGGALKAN PESAN... TERIMAKASIH

Kota Banda Aceh (Jawoë: كوتا باندا اچيه) adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.

Sejarah

Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh François Valentijn (1724-1726)
Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam.[1] Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah Banda Aceh.
Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh, hanya selama 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam ini meninggal dunia pada 12 Dzulhijah Tahun 936 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530 Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada Portugis.
Pada masa Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh tumbuh kembali sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang saat itu sangat tinggi permintaannya dari Eropa. Iskandar Muda menjadikan Banda Aceh sebagai taman dunia, yang dimulai dari komplek istana. Komplek istana Kesultanan Aceh juga dinamai Darud Dunya (Taman Dunia).
Pada masa agresi Belanda yang kedua, terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan memproklamasikan jatuhnya kesultanan Aceh dan mengubah nama Banda Aceh menjadi Kuta Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43
Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 2012 adalah sebesar 248.727 jiwa.

Geografi

Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"–05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah

Kota Banda Aceh berbatas dengan Selat Malaka di sebelah utara; Kabupaten Aceh Besar di sebelah timur dan selatan; dan Samudera Hindia di sebelah barat.

Iklim

[sembunyikan]Data iklim Banda Aceh
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata harian °C (°F) 27.01
(80.62)
26.88
(80.38)
27.02
(80.64)
27.30
(81.14)
27.89
(82.2)
27.99
(82.38)
27.76
(81.97)
27.76
(81.97)
27.12
(80.82)
26.72
(80.1)
26.54
(79.77)
26.86
(80.35)
27.238
(81.028)
Presipitasi mm (inci) 256
(10.08)
114
(4.49)
117
(4.61)
139
(5.47)
143
(5.63)
84
(3.31)
95
(3.74)
90
(3.54)
161
(6.34)
200
(7.87)
225
(8.86)
321
(12.64)
1.945
(76,57)
Rata-rata hari hujan 8.5 5.9 7.8 8.8 12.4 10.3 9.2 10.6 12.5 15.5 14.3 12.7 128.5
Sumber: [2]

Ekonomi

Pada 2001, Dana Alokasi Umum untuk Banda Aceh adalah sebesar Rp. 135,95 miliar.

Pemerintahan

Daftar Walikota

No. Foto Nama Menjabat sejak Menjabat hingga Periode Ket. Wakil Wali Kota
1
01 T. Ali Basyah.jpg Teuku Ali Basyah
1957
1959
1
[ket. 1]
2
02 T. Oesman Yacoub.jpg Teuku Oesman Yacoub
1959
1967
2
[ket. 2]
3
03 T. Mohd. Syah.jpg T. Mohd. Syah
1967
1968
3
4
04 T. Ibrahim.jpg T. Ibrahim
1968
1970
4
(2)
02 T. Oesman Yacoub.jpg Teuku Oesman Yacoub
1970
1973
5
5
05 Drs. Zein Hasjmy Ec.jpg Drs.
Zein Hasjmy
Ec
1973
1978
6
6
06 Drs. Djakfar Ahmad MA.jpg Drs.
Djakfar Ahmad
M.A
1978
1983
7
7
07 Drs. Baharuddin Yahya.jpg Drs.
Baharuddin Yahya
1983
1998
8
1988
1993
9
8
08 Drs. Said Hussain Al-Haj.jpg Drs.
Said Hussain Al-Haj
1993
1998
10
09 Drs. Muhammad Y.jpg Drs.
Muhammad Y
1998
1998
[ket. 3]
9
10 Drs. Zulkarnain.jpg Drs.
Zulkarnain
1998
2003
11
11 Drs. H. Syarifuddin Latif.jpg Drs. H.
Syarifuddin Latief
2003
26 Desember 2004
[ket. 4]
[ket. 5]
13 Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc.jpg Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
8 Februari 2005
1 April 2006
[ket. 6]
12 Drs. Razali Yussuf.jpg Drs.
Razali Yussuf
1 April 2006
19 Februari 2007
[ket. 7]
10
13 Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc.jpg Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
19 Februari 2007
19 Februari 2012
12
Illiza Sa'aduddin Djamal
T. Saifuddin TA.jpg Drs.
T. Saifuddin TA
M.Si
19 Februari 2012
4 Juli 2012
-
[ket. 8]
-
(10)
13 Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc.jpg Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
4 Juli 2012
8 Februari 2014
13
[ket. 9]
Illiza Sa'aduddin Djamal
Foto Resmi Illiza Sa'aduddin Djamal.jpg Hj.
Illiza Sa'aduddin Djamal
S.E
17 Februari 2014
16 Juni 2014
[ket. 10]
11
16 Juni 2014
7 Juli 2017
Zainal Arifin
(2015–)
12
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman.jpg Aminullah Usman
7 Juli 2017
Petahana
14
Keterangan
  1. ^ Bernama Wali Kota Kuta Raja
  2. ^ Pada 1962, berubah nama menjadi Wali Kota Banda Aceh
  3. ^ Pelaksana Tugas Walikotamadya
  4. ^ Pejabat Wali kota
  5. ^ Meninggal dunia akibat Tsunami Aceh
  6. ^ Pejabat Wali kota
  7. ^ Pejabat Wali kota
  8. ^ Pejabat Wali kota
  9. ^ Meninggal dunia sebelum akhir masa jabatan
  10. ^ Pelaksana Harian Wali Kota

Dewan Perwakilan

Kecamatan

Pembagian Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 17 mukim, 70 desa dan 20 kelurahan. Semula hanya ada 4 kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kota Banda Aceh kemudian dikembangkan lagi menjadi 9 kecamatan baru dan 1 kecamatan baru yang akan digabung dari Kabupaten Aceh Besar, yaitu:
  1. Baiturrahman
  2. Banda Raya
  3. Jaya Baru
  4. Kuta Alam
  5. Kuta Raja
  6. Lueng Bata
  7. Meuraksa
  8. Syiah Kuala
  9. Ulee Kareng
  10. Darul Imarah

Media massa

Radio

Kota Banda Aceh juga memiliki beberapa terdiri dari 25-stasiun radio bersiaran lokal seperti:
Nama Frekuensi
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-1) FM 97.7
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-2) FM 92.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-3) FM 88.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-4) FM 87.8
Binkara FM FM 89.4
Pop FM FM 89.6
Serambi FM FM 90.2
Seulaweut FM FM 91.0
Hot FM FM 93.2
Three FM FM 94.5
Meugah FM FM 95.3
A-Radio FM FM 96.1
Radio MNC Trijaya Banda Aceh (MNC Trijaya FM) FM 96.9
Baiturrahman FM FM 98.5
Toss FM FM 99.3
P-Radio FM FM 100.3
Radio Elshinta FM Banda Aceh (Elshinta Radio) FM 100.9
Kontiki FM FM 101.2
Antero FM FM 102.0
OZ Radio FM FM 102.8
Djati FM FM 103.6
Flamboyant FM FM 105.2
Nikoya FM FM 106.0
Radio Rumoh PMI FM FM 107.0
Radio Rodja FM FM 107.7

Televisi

Di Banda Aceh terdapat beberapa stasiun televisi (siaran nasional & siaran lokal), seperti Analog dan Digital

Analog (PAL)

Kanal Signal Frekuensi Nama Jaringan Nama Perusahaan Pemilik Status Negara
22 479.250 MHz UHF ANTV PT Cakrawala Andalas Televisi Visi Media Asia Nasional  Indonesia
24 495.250 MHz UHF Kompas TV PT Gramedia Media Nusantara Kompas Gramedia Nasional  Indonesia
26 511.250 MHz UHF GTV PT Global Informasi Bermutu Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
28 527.250 MHz UHF RCTI PT Rajawali Citra Televisi Indonesia Nasional  Indonesia
30 543.250 MHz UHF Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia Trans Media Nasional  Indonesia
32 559.250 MHz UHF Metro TV PT Media Televisi Indonesia Media Group Nasional  Indonesia
34 575.250 MHz UHF MNCTV PT Media Nusantara Citra Televisi Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
36 591.250 MHz UHF TVRI Nasional TVRI Lembaga Penyiaran Publik TVRI Pemerintah Indonesia Nasional  Indonesia
38 607.250 MHz UHF Indosiar PT Indosiar Visual Mandiri Surya Citra Media Nasional  Indonesia
40 623.250 MHz UHF iNews PT Sun Televisi Network Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
42 639.250 MHz UHF Trans7 PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh Trans Media Nasional  Indonesia
44 655.250 MHz UHF tvOne PT Lativi Media Karya Visi Media Asia Nasional  Indonesia
46 671.250 MHz UHF SCTV PT Surya Citra Televisi Surya Citra Media Nasional  Indonesia
48 687.250 MHz UHF Aceh TV Indonesia Network PT Aceh Media Televisi Kelompok Media Bali Post Lokal  Indonesia
50 703.250MHz UHF RTV PT Televisi Metropolitan Rawawali Corpora Nasional  Indonesia
52 719.250 MHz UHF BeritaSatu PT First Media News BeritaSatu Media Holdings Nasional  Indonesia
60 783.250 MHz UHF NET. PT Net Mediatama Televisi Indika Group Nasional  Indonesia
62 799.250 MHz UHF O Channel PT Omni Intivision Surya Citra Media Nasional  Indonesia
64 801.250 MHz UHF INTV PT Banten Media Global Televisi Netwave Group Nasional Indonesia

Digital (DVB-T2/MPEG-4)

Kanal Signal Frekuensi Slot Pemilik Negara
27 522.05 MHz UHF TVRI 1 (Nasional) (27.1)
TVRI 2 (Aceh) (27.2)
Pemerintah Indonesia  Indonesia
31 554.05 MHz SCTV (31.1)
Indosiar (31.2)
O Channel (31.3)
Surya Citra Media
35 586.05 MHz MetroTV (35.1) Media Group
39 618.05 MHz Trans TV HD (39.1)
Trans7 HD (39.2)
Trans Media
45 666.05 MHz TV3 (45.1)
IMT Televisi (45.2)
Inspira TV (45.3)
Koetaraja TV (45.4)
Sinar Mas Group

Pariwisata

Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dari Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda dan berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat di berbagai sudut kota Islam tertua di Asia Tenggara ini.

Galeri

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tayangan Halaman